tabel


INI ADALAH
CONTOH TABEL YANG SUDAH JADI


A


B

C

D

1

C1

D1

2

C2

D2

3

C3

D3

Jumlah

C123

D123

Total

CD123

Orang-Orang Yang Tak Nampak

Kehidupan yang kita jalani ini dapat diibaratkan seperti permainan jigsaw puzzle: untuk dapat menyelesaikan gambaran besar diperlukan gabungan potongan-potongan gambar kecil yang saling melengkapi.

Adalah manusiawi sekali di tengah-tengah rutinitas kehidupan sehari-hari, sebagian besar dari kita pastilah tidak pernah berpikir tentang orang-orang tak nampak yang merupakan potongan-potongan gambar yang membentuk kehidupan kita.

Pernahkah terlintas di dalam pikiran kita dari mana asal beras yang kita tanak menjadi nasi? Pernahkah terpikir dari mana asal kemeja yang kita kenakan? Dari mana asal sepatu, sandal, sabun, lauk pauk dan sebagainya itu? Mungkin dengan mudah sebagian dari kita menjawab itu semua berasal dari uang yang kita belanjakan di supermarket dekat rumah.

Tetapi jika mau jujur, jika kita coba menelusuri semua itu kembali ke asalnya, akan kita temukan betapa panjangnya daftar orang-orang tak nampak yang ikut berperan dalam mewujudkan semua itu.

Seperti beras dari sawah yang dikelola petani, petani mengolah sawah dengan bantuan sapi pembajak dan pupuk dari pabrik, dan pabrik berjalan atas kerjasama para karyawannya. Atau seperti kemeja yang berasal dari kain yang dipintal dari benang yang diolah dari kapas yang ditanam petani dan tanah pertiwi menyediakan dirinya sebagai tempat tumbuh kembang untuknya.

Gambaran kehidupan kita terbentuk dari potongan-potongan kecil yang seringkali kita anggap remeh, hingga ia seolah-olah tak nampak ada dan kita berbesar kepala mengangkat dagu tinggi-tinggi karenanya.

Tanpa potongan-potongan kecil itu, tanpa orang-orang tak nampak itu, tak kan ada gambaran kehidupan ini: kita bukan siapa-siapa tanpa mereka.

Karena Dia peduli

Karena Dia peduli
maka tak satu pun perkataanmu yang akan sia-sia
setiap kata-kata baik yang kau lantunkan
membuat hati-Nya bersuka
setiap kata-kata kotor yang kau ucapkan
membuat hati-Nya berduka

Karena Dia peduli
maka tak satu pun perbuatanmu yang akan sia-sia
setiap tindak baik yang kau lakukan
membuat nama-Nya teragungkan
setiap tidak buruk yang kau perbuatkan
membuat nama-Nya tercemarkan

Karena Dia peduli
maka tak satu pun pemikiranmu yang akan sia-sia
setiap khayal baik yang kau imajinasikan
membuat hati-Nya bersyukur
setiap khayal kotor yang kau lamunkan
membuat hati-Nya berdarah

Karena Dia peduli
engkau tak akan luput dari mata-Nya
engkau tak akan luput dari pendengaran-Nya
engkau tak akan luput dari pengendusan-Nya

Karena Dia peduli
maka namamu ada di dalam catatan-Nya
antara Kitab Kehidupan dan Kitab Kematian

Karena Dia peduli
maka Dia tidak hanya menghargai yang taat dan setia
tetapi juga meluapkan amarah dan penghukuman

Dan setiap kita
dengan doa atau dosa
tidak akan luput dari pada-Nya
Ya, karena ...
Dia peduli

Prestasi Kerja Ditentukan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional (EQ), kian hari kian penting dirasakan. Baik itu dalam dunia kerja, maupun dalam hubungan-hubungan pribadi dan formal setiap insan. Bila Anda masih ragu-ragu apakah Anda memiliki EQ dalam diri Anda, telitilah apakah Anda memiliki 7 unsur yang ditemukan Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence:
  1. Keyakinan Perasaan kendali dan penguasaan seseorang terhadap tubuh, perilaku, dan dunia. Seperti perasaan seorang anak yang menyadari bahwa ia cenderung berhasil ketimbang tidak dalam apa yang dikerjakannya, dan bahwa orang orang-orang dewasa akan bersedia menolong.
  2. Rasa ingin tahu Perasaan bahwa menyelidiki segala sesuatu itu bersifat positif dan menimbulkan kesenangan.
  3. Niat Hasrat dan kemampuan untuk berhasil, dan untuk bertindak berdasarkan niat itu dengan tekun. Ini berkaitan dengan perasaan terampil dan perasaan efektif.
  4. Kendali diri Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan mengendalikan tindakan dengan pola yang selaras dengan usia.
  5. Keterkaitan Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain berdasarkan pada perasaan saling memahami.
  6. Kecakapan berkomunikasi Keyakinan dan kemampuan verbal untuk bertukar gagasan, perasaan, dan konsep dengan orang lain. Ini ada kaitannya dengan rasa percaya pada orang lain dan kenikmatan terlibat dengan orang lain, termasuk orang dewasa.
  7. Koperatif Kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhannya sendiri dengan kebutuhan orang lain dalam kegiatan kelompok.

BEKERJA BAGAI ITIK BERENANG DI TELAGA

Bekerjalah sebagaimana itik berenang di telaga. Ia melaju dengan tenang dan cantiknya, tanpa membuat permukaan air menjadi berkecipak dan berisik. Ia pun tak perlu membuat sekujur tubuhnya basah kuyup atau merusakkan bulu-bulunya. Bahkan, berenangnya itik itu sendiri selalu menambah keindahan pandangan seluruh telaga. Namun, tahukah kita bahwa di dalam air sepasang kakinya bekerja keras mengayuh-ayuh. Dan, itu tak tampak oleh mata yang memandangnya.


Kita dapat bekerja dengan keras dan gigih. Dan untuk itu, kita memang tak perlu menyembunyikan luruhan keringat dan tarikan nafas panjang kelelahan, namun kita dapat mengubahnya sebagai sebuah kesukacitaan. Itu hanya tercapai bila kita meletakkan sumbangsih kerja kita dalam bingkai indah tentang peraihan hidup. Karena kerja adalah bagian dari hidup, maka jangan biarkan kerja jadi noda tinta dalam lukisan tentang kehidupan kita. 

Berhentilah menyalahkan orang lain


Oleh ribuan anak muda yang baru memasuki gerbang kerja, juga manajer muda yang frustrasi di dunia kerja, kerap bertanya pada saya: aspek apa dari dunia kerja yang paling sulit dihadapi? Terus terang, bekerja apapun dan dimanapun, serta bermodalkan pendidikan manapun sebenarnya mudah, asal tekun belajar dan bertanya. Yang sering bikin semuanya jadi rumit, adalah interaksi antarmanusia. Jangankan manusia yang baru memasuki gerbang kerja, mereka yang sudah berumur senja di tempat kerja sekalipun sering dibuat pusing oleh interaksi terakhir.

Meminjam pengandaian seorang penulis, ada perbedaan antara menendang bola dan menendang kucing. Sebelum menendang bola, kita bisa ramalkan kemana bola akan bergerak setelah ditendang. Akan tetapi, sebelum menendang kucing, kita tidak tahu apakah kucingnya akan menangis, lari, melompat, mati atau alternatif lainnya. Nah, meramalkan respons orang lain sebelum kitajavascript:void(0) bertindak, jauh lebih rumit dibandingkan dengan meramalkan respons kucing. Sebab, kucing tidak mengenal politik, pura-pura, balas dendam dan serangkaian hal rumit lainnya. Namun, ini juga yang menyebabkan disiplin mengelola manusia menjadi penuh sentuhan seni dan kepekaan. Sebagian kecil memang bisa diungkapkan melaui kata-kata. Cuman, sebagian besar ia bersifat tidak terungkapkan dan hanya bisa dirasakan.

Saya tidak antisekolah atau anti pelatihan, namun hal-hal yang bersifat tidak terungkapkan terakhir, lebih banyak bisa dimengerti kalau kita mengalaminya sendiri di lapangan. Diisukan negatif oleh orang lain, tidak cocok, mau didongkel dari kursi, dipermalukan di depan umum, diomongkan negatif di belakang kita, hanyalah serangkaian hal yang mesti dialami sendiri di lapangan. Untuk kemudian, mendapatkan pengertian yang dalam tentang dinamika interaksi antarmanusia di dunia kerja. Saya meragukan, kalau ada orang yang memperoleh pengertian terakhir, tanpa pernah dihempas gelombang-gelombang godaan tadi. Setelah belajar dari tumpukan ribuan kebodohan dan kegagalan masa lalu, saya menemukan sebuah kearifan berguna. Dalam setiap persoalan manusia, saya belajar untuk mengurangi mencari siapa yang salah. Dan memusatkan perhatian untuk memecahkan persoalan.

Amat mirip dengan cara terakhir, Ken Cloke dan Joan Goldsmith dalam Resolving Conflict At Work, pernah menulis: ‘Define the problem as a person and you are in trouble. Define the problem as difficult behavior, you can do something about it’. Dengan kata lain, jika Anda menempatkan masalahnya pada orang, dan kemudian mengambil tindakan (apa lagi ilegal) maka masalah akan diganti dengan masalah yang lebih besar. Namun, bila pemecahan dikonsentrasikan pada perilaku yang sulit, kemudian kita bisa mencarikan jalan keluar yang lebih produktif. Nah, bila saja banyak orang mau belajar berhenti untuk menyalahkan orang lain, dan memusatkan perhatian pada pemecahan persoalan, dunia kerja bukanlah sesuatu yang menakutkan. Ia adalah tempat ‘meditasi’ yang kerap menghadirkan kedamaian. Persoalannya, untuk bisa berhenti dari kebiasaan buruk tadi, disamping kadang kurang didukung lingkungan, juga sering dihadapkan oleh dorongan-dorongan dari dalam diri yang juga tidak mudah. Emosi, ego, harga diri, gengsi, ketidaksabaran hanyalah sebagian kecil dari dorongan-dorongan tadi. Siapapun orangnya – dari penjahat sampai dengan pendeta – memiliki dorongan terakhir dengan kadar yang berbeda-beda. Namun, siapapun juga orangnya, ia membutuhkan deep meditation untuk mengelola dorongan-dorongan tadi.

Apa yang saya sebut dengan deep meditation sebenarnya amatlah mudah. Ketika lapar, makanlah secukupnya. Tatkala haus, minumlah semampunya. Manakala mata mengantuk, tidurlah secukupnya. Dengan kata lain, hidup kita dengan seluruh kesehariannya sebenarnya sebuah meditasi panjang. Bila kita melakukan meditasi panjang ini dengan penuh ketekunan, kita yang menjadi pengelola tubuh dan jiwa ini. Bukan sebaliknya, kita dikelola oleh tubuh ini.

Lebih-lebih bagi mereka yang kebanyakan pekerjaannya adalah merubah orang lain. Atau memiliki tugas mulia memasyarakatkan nilai-nilai luhur. Sulit membayangkan, tugas-tugas terakhir bisa diselesaikan secara berhasil tanpa melalui deep mediation. Ini juga sebabnya, kenapa bertemu orang-orang tertentu kita mudah segan, hormat, respek, dan perasaan sejenis.

Di suatu waktu, seorang rekan yang sudah puluhan tahun berpengalaman mengelola ribuan manusia bertutur penuh keprihatinan. Mengurus manusia-manusia sulit – demikian menurut rekan tadi – adalah pekerjaan yang tidak pernah selesai. Tahun ini ada sekian manusia sulit diselesaikan secara baik-baik, tahun berikutnya pasti – sekali lagi pasti – ada manusia lain yang menjelma menjadi manusia sulit. Mirip dengan pekerjaan rumah (PR) di sekolah, ia akan selalu datang secara bergantian dan bergiliran.

Benang merah yang bisa ditarik dari kisah ini, memecahkan masalah manusia dengan memindahkan, memecat dan sejenis memang boleh-boleh saja dilakukan kadang-kadang. Akan tetapi, organisasi manapun yang dipimpin oleh manusia dengan hobi menyalahkan orang lain, disamping tidak bisa memecahkan persoalan jangka panjang, juga gagal membangun hubungan industrial yang kuat.

Nah, satu spirit dengan pendekatan deep meditation, pekerjaan interaksi antarmanusia akan menjadi lebih mudah, bila kita mulai berhenti menyalahkan orang lain.

Tips Mensikapi Kritik

Tak ada orang yang senang menerima kritik. Bagaimana pun hebatnya seseorang, ia pasti tak akan kebal dari kritik. Pertama, karena tak ada manusia yang sempurna dan luput dari kesalahan. Kedua, banyak orang yang senang mengkritik, meskipun mereka tahu dikritik itu tidak enak. Memang tidak semua kritik itu benar. Namun, bagaimana anda mensikapi kritik sebenarnya dapat mendorong perbaikan
bagi kepribadian anda. 
  1. Tahan diri anda dari amarah. Marah adalah signal alami yang mengatakan bahwa anda sedang dikritik. Yakinlah setiap orang memang berhak mengutarakan pendapatnya. Biarpun wajah anda merah padam, usahakan agar tidak marah. Bila anda tidak lulus di langkah ini, maka langkah-langkah berikutnya hampir mustahil berguna bagi anda.
  2. Terimalah kritik dengan sikap terbuka. Mungkin kritik itu salah, namun pengkritik menganggapnya berbeda. Bersikaplah terbuka, bila perlu ubahlah pandangan si pengkritik. Pahami keberatannya sehingga anda dapat menanggapinya secara tepat.
  3. Jangan masukkan kritik ke dalam hati. Meski anda bersikap terbuka, bukan berarti anda selalu memasukkan kritik ke dalam hati dan menjadikannya sebagai urusan pribadi. Hal ini sama saja dengan menyiksa diri anda sendiri. Mungkin kritik ditujukan pada usaha, produk, staff anda, bukan pribadi anda. Ingatlah anda perlu menjaga hubungan jangka panjang. Bila kritik ditujukan secara tidak proporsional, amati saja ketidakmampuan pengkritik menyampaikan kritiknya. 
  4. Mintalah keterangan lebih spesifik. Pahami bahwa mungkin kritik itu benar. Jadi cobalah untuk memahami dan meminta keterangan yang lebih spesifik mengenai apa yang dikritik tersebut. Ini bermanfaat bagi anda dan pengkritik agar dapat melihat situasi yang sebenarnya.
  5. Jangan balas kritik dengan kritik. Tugas anda adalah mensikapi kritik agar anda dapat meraih lebih banyak perbaikan dan keuntungan dari kritik itu. Membalas kritik dengan kritik sama dengan menyulut perdebatan yang tidak perlu. Anda takkan bisa memadamkan api dengan api. Akhirnya yang terjadi hanya abu hangus saja.
  6. Tanyailah diri sendiri perbaikan apa yang bisa anda lakukan. Dengan demikian anda mampu melihat kritik sebagai perbaikan bagi diri sendiri, sekaligus mendapatkan keuntungan darinya. Lebih banyak perbaikan produk ditemukan kritik daripada pujian dari konsumen anda.
  7. Mintalah pendapat dari orang lain. Bila anda tidak yakin dengan sebuah kritik, mintalah pendapat dari orang lain yang benar-benar tulus. Pendapat mereka dapat membantu anda menemukan bagian mana dari kritik itu yang benar atau keliru.
  8. Biasakan diri anda dengan kritik. Membiasakan diri berarti mensikapinya dengan tenang dan positif. Jangan ragu untuk mengucapkan terima kasih atas kritiknya, meski tidak selamanya benar. Bagaimana pun perhatiannya patut dihargai. 





Cuaca Hari Ini

Click for Kota Banjarmasin, Indonesia Forecast
ayo berikan makanan pada hamster dengan mengarahkan kursor anda dan "klik" kursor mouse anda didalam kotak di atas.